Hubungan Rahasia Putri Titian Dengan Sopir

Hubungan Rahasia Putri Titian Dengan Sopir

Tema:

Cerita dewasa mesum berjudul Hubungan Rahasia Putri Titian Dengan Sopir ini merupakan lanjutan dari chapter pertama yang berjudul . Bisa dibilang ini merupakan cerita panas bersambung yang artinya memiliki bagian cerita yang saling berhubungan antar chapter pertama dan chapter yang kedua.

Supaya Anda tidak bingung, silahkan baca dulu chapter yang pertama. Setelah itu baru lanjut membaca kisah panasnya yang kedua di bawah ini :

Esok harinya, Tian terbangun karena alarmnya. Jam setengah 6 pagi.

“aww…”. Tian merasa ngilu di selangkangannya saat mau turun dari ranjang.

Dia langsung teringat kejadian tadi malam. Duduk di tepi ranjang dan memperhatikan alat reproduksinya. Bekas noda putih ada di bawah vaginanya. Ternyata, tadi malam memang benar-benar terjadi. Tian tak tahu harus bagaimana selanjutnya. Karirnya sebagai artis tentu dipertaruhkan jika cerita ini sampai terkuak, dan Tian tak tahu apakah kejadian tadi malam direkam oleh Dadang atau tidak. Tian berjalan menuju kamar mandi dengan sedikit tertatih menahan rasa ngilu. Mandi pagi tak merepotkan seperti pagi ini. Badannya terasa pegal, susah bergerak dengan rasa ngilu di selangkangannya. Dia pun harus membersihkan vaginanya dari sperma Dadang yang menggenangi rahimnya. Tian pun berusaha membetulkan cara jalannya sebelum bertemu Ijah.

“Mbok Ijah..Pak Dadang mana ? Tian mau berangkat nih ?”.
“nggak tau, non..belum dateng dari tadi..”.
“haduuh, Tian bisa telat nih..”.
“telpon aja, non..”.
“nunggu juga dong..yaudah Tian naik taksi aja deh, berangkat dulu yaa Mbok. .”.
“ati-ati, non…”. Tian pun sampai ke sekolahnya, dan masuk ke dalam kelas.

Teman-temannya pun menyadari ada perubahan pada Tian. Biasanya Tian bawel sekali, tapi hari ini dia sangat pendiam.
“Tian, lo kenapa ? kok diem aja dari tadi ? biasanya lo bawel ?”, tanya Sherly.
“ah nggak apa-apa kok, Sherl…”.
“bener ? apa jangan..jangan gara-gara kemaren ?”.
“nggak, bukan karena kemaren..gue cuma lagi pusing aja kok, Sherl..”. Biasanya dia selalu cerita segalanya dengan Sherly, tapi untuk kali ini rasanya Tian tak bisa menceritakannya.
“kalo gitu kita ke kantin aja yuuk, biar lo bisa seger lagi..”. Tian mengangguk sambil tersenyum. Sherly tak tahu kalau sahabatnya itu sedang bingung bercampur sedih. Depresi dialami Tian seharian, dia bagai mayat hidup di sekolah. Tersenyum jika ada yang mengajaknya senyum saja. Sampai-sampai Tian tak sadar kalau rasa ngilu di selangkangannya sudah tak terasa. Di rumah pun juga tak membuatnya bersemangat. Orang tuanya juga baru kembali 8 hari lagi. 1 hari, 2 hari, 3 hari berlalu.

Tian sadar percuma baginya untuk meratapi kesuciannya, tak akan bisa ia dapatkan lagi keperawanannya. Tian pun bisa kembali ceria dengan caranya sendiri. Tapi, tetap saja hati Tian dag dig dug karena tak ada kabar dari Dadang, dia takut Dadang merekamnya malam itu dan telah menyebarkannya. Tiap malam, Tian selalu gelisah. Dan paginya, Tian selalu merasa pusing. Semakin menjadi di hari keempat ini. Begitu sampai di rumah, Tian langsung masuk ke dalam kamar, mengunci pintu, menyalakan ac, dan mengunci pintu geser menuju beranda kamarnya. Dia hanya istirahat sambil menonton tv sampai malam.
“aduh..kenapa sih…dari kemaren rasanya gak enak banget ni badan…”. Tubuh Tian terasa sangat tak nyaman, entah kenapa. Mungkin setelah mandi akan kembali terasa enak, pikir Tian. Dia keluar dari kamar mandi dengan tubuh segar nan wangi. Handuk melilit di tubuh Tian. Baru saja keluar dari kamar mandi dan berjala n sedikit ke lemari untuk mengambil pakaian, tiba-tiba ada yang menyergapnya dari belakang.
“hehe non Tian apa kabar ? Pak Dadang kangen nih”. Darimana ia bisa datang, pintu & beranda sudah terkunci.

“LEPASIN !!”. Tian berusaha melepaskan diri dari dekapan Dadang. Tapi, Dadang langsung mengambil gerakan antisipasi atau lebih tepatnya gerakan ‘menguasai’. Dadang langsung meremasi gumpalan daging Tian dengan kasar. Payudara ranum Tian memang benar-benar empuk dan sangat enak untuk dicengkram. Ciuman bertubi-tubi dilancarkan Dadang ke tengkuk leher Tian.
“aaahh..jangann, Paakhh…”. Seketika Tian seperti tak punya kemampuan untuk melawan. Dia menjadi lemah, tubuhnya seakan tak mau diperintah olehnya. Dan rasanya mulai lembap di ‘bawah’ sana. Dengan sekali sabetan, handuk Tian langsung melorot ke bawah. Kini, tubuh Tian sekali lagi berada di bawah kekuasaan Dadang. Terlihat dari kedua buah payudara Tian yang dimain-mainkan Dadang. Ternyata, memang sudah direncanakan Dadang untuk menghilang selama 4 hari sejak memperkosa Tian. Sebuah siasat Dadang untuk membuat Tian lebih mudah ‘dikuasai’. Selama 4 hari ini, Tian memang tak pernah penasaran dengan rasa nikmat sewaktu diperkosa Dadang.

Tapi akibatnya, Tian jadi mudah terangsang oleh sentuhan-sentuhan Dadang terutama pada daerah Vnya. Kali ini Tian lebih pasrah daripada sebelumnya, dia benar-benar menyerah pada kenikmatan yang diberikan Dadang. Malah, si tomboy nan cantik itu begitu meresapi sensasi nikmat saat Dadang menyusu padanya dan menggerogoti vaginanya. Malam itu, Dadang benar-benar menguasai Tian. Dia sangat leluasa menggeluti tubuh putih mulus Tian. Menikmati setiap jengkal tubuh Tian yang sedang ranum-ranumnya. Bukannya tak mau melawan, melainkan tak bisa. Tian tak berbuat apa-apa selain membiarkan tubuhnya ‘dimanipulasi’ oleh Dadang. Tubuh & pikiran Tian merespon 180 derajat berlawanan dengan hati kecilnya, tapi Tian memang sudah tak bisa berpikir jernih, rasa nikmat sudah mengambil alih pikirannya. Bukanlah sebuah perkosaan yang terjadi malam itu, melainkan sebuah pergumulan yang begitu panas. Dadang, si supir tua yang jelek, tentu sangat bersemangat untuk mendapatkan kenikmatan dari tubuh putih mulus Tian.

Tapi anehnya, Tian, si artis muda yang berwajah cantik, malah merasa punya kewajiban untuk memberikan kepuasaan pada lawan mainnya itu. Desahan-desahan yang cukup kencang keluar dari mulut Tian, tapi Dadang tak khawatir. Dia mempunyai ajian. Ajian yang bisa membuat suara apapun di ruangan yang Dadang kehendaki sama sekali tak terdengar keluar sehingga dia tak khawatir desahan Tian terdengar oleh Ijah. Tak ada yang bisa menganggu acara ‘gulat’ mereka. Keduanya sama-sama asik melampiaskan hasrat & nafsu yang begitu menggebu-gebu. AC yang berhembus memang dingin, tapi Tian & Dadang malah bermandikan keringat. Jendela yang tertutup membuat kamar Tian begitu kental dengan aroma sex antara mereka berdua. Dadang mempratekkan segala macam posis i yang dia tahu untuk menyetubuhi Tian. Pukul 11.24 malam, Dadang menyemprotkan ejakulasi terakhirnya untuk malam itu ke payudara Tian.
Tian terkaget mendengar alarm hpnya. Sudah jam 5 pagi ternyata.

Tunggu, siapa yang menyetel alarm jam 5 ? Tian biasa memasang alarm jam setengah 6. Di saat itulah, Tian baru sadar kalau ada yang memeluknya dari belakang. Tian menengok ke belakang, dan benar, adalah Dadang yang memeluknya dari belakang. Wajah Tian memerah, rasanya sangat malu. Tak pernah dia bangun dan mendapati dirinya telanjang bulat dan dipeluk oleh lelaki. Apalagi kalau mengingat kejadian tadi malam, dia sama sekali tak pernah membayangkan kalau dia malah meminta Dadang untuk menggarapnya terus menerus. Tian bangun dari tempat tidur. Payudara, wajah, dan perutnya terasa lengket. Tentu rasa lengket itu disebabkan sperma Dadang. Baru saja membuka pintu kamar mandi, ada suara yang memanggilnya.
“non Tian mau mandi ya ?”, tanya Dadang yang baru bangun dan turun d ari ranjang.
“Pak Dadang ikut dong..hehe..”. Dadang langsung mendekati Tian.
“ta..tapi, Paak..”. Tanpa bisa menyelesaikan kalimatnya, Dadang langsung menggendongnya ke dalam kamar mandi.

Baru kali ini, Tian mandi bersama seorang laki-laki. Tian benar-benar merasa malu, wajah merah seperti tomat. Dia malu karena dia tidak dalam keadaan terpaksa dan tidak terkena pengaruh obat, tapi dia tak menolak saat disuruh untuk menyabuni batang kejantanan seakan memang sudah kewajibannya melakukan hal itu.
“ayo non, sambil diurut biar otong Pak Dadang tambah gede. kan non juga yang seneng HAHAHA !!”. Mendengar hal itu, wajah Tian semakin merah. Tapi, entah kenapa, gadis belia itu tak merasakan marah, hanya malu saja. Tian tak menjawab, dia hanya diam sambil terus mengurut ‘kunci’ selangkangan Dadang. Nafsu Dadang pun kembali tinggi karena burungnya terus diurut Tian dan langsung menggarap Tian.
“non Tian..Pak Dadang tunggu di bawah yaa..”, ujar Dadang. Dia mencubit daging kembar Tian dengan gemasnya sebelum keluar dari kamar lewat beranda.
“hh…”. Tian menarik nafas dalam. Dia tidak percaya dengan apa yang terjadi padanya. Tak hanya keperawanannya yang direnggut Dadang, tapi juga harga dirinya.

Harga diri sebagai seorang

wanita yang masih belia dan berprofesi sebagai artis. Tian tak mengerti apa yang sedang terjadi, entah kenapa dia tak bisa melawan keinginan Dadang. Namun, memang tak bisa dipungkiri Tian, tadi malam memang tak bisa dilupakannya. Sebagai seorang wanita yang baru mengenal nikmat duniawi, tadi malam memang begitu ‘indah’ bagi Tian. Tian keluar kamar setelah selesai mengenakan seragam dan membereskan buku yang akan dibawanya.
“Mbok Ijah, Tian berangkat dulu yaa..”. Begitu keluar rumah melalu pintu depan, Tian langsung disambut dengan senyuman Dadang.
“ayo non..kita berangkat”. Sebelumnya Tian tak memperhatikan wajah Dadang, tapi kenapa wajah Dadang kini terlihat lebih menyenangkan bagi Tian. Tampan? bu kan, wajah Dadang tidak terlihat lebih tampan di mata Tian. Entahlah, mungkin kharismatik. Tian & Dadang berangkat menuju sekolah Tian.
“non Tian..tadi malem enak kan ? HEHE”.
“…”. Tian melengos ke kanan, wajahnya kembali memerah.
“kok diem aja ? bukannya non Tian keenakan tadi malem ? HAHAHA”.

“Pak…tolong jangan bilang siapa-siapa…”, pinta Tian dengan suara pelan. Dadang memperlambat mobil dan menepi ke pinggir jalan sebelum akhirnya berhenti. Dia menengok ke belakang dan memandang Tian.
“tenang, non..kalo sampe kebongkar, Pak Dadang juga bisa masuk penjara..Pak Dadang janji gak akan bilang siapa-siapa..”. Mau mengucapkan terima kasih, tapi aneh juga rasanya, pikir Tian yang akhirnya cuma mengangguk saja. Hari itu, Tian merasa lebih segar, kepala dan tubuhnya terasa enteng. Pusing & rasa nyaman yang selama 4 hari kemarin dirasakannya, kini hilang sama sekali. Mungkinkah karena tadi malam ?, tanya Tian dalam hati. Malam hari, Tian sedang istiraha t seperti biasa, menonton tv sambil bermalas-malasan di ranjangnya.

Dia memandangi pintu geser yang menuju beranda kamarnya. Bukankah kemarin ia telah mengunci pintu itu, tapi Dadang masih bisa masuk. Saat sedang bingung, suara terdengar dari pintu yang tertutup tirai itu.
“cek klek klek”. Tian membuka tirai, terlihat Dadang sedang jongkok. Rupanya begitu, Dadang mengakali lubang kunci pintu beranda dengan semacam peniti, jepit rambut, jarum, dan semacamnya seperti di film-film. Begitu terbuka, Dadang langsung masuk ke dalam kamar.
“non Tian, Pak Dadang numpang tidur di sini lagi yaa hehe..”. Dadang langsung melucuti pakaiannya hingga tinggal kolor saja dan tidur menyamping di ranjang Tian seolah kamarnya sendiri. Tian duduk di sisi tepi ranjang yang satunya.
“Paaakkhhh…”. Tak butuh hitungan menit, Dadang sudah berada di atas Tian dan sedang asik mencumbui gadis belia nan cantik itu dengan membabi buta. Tanpa disadari, malam itu, Tian mengukuhkan dirinya sendiri sebagai budak seks Dadang, supirnya. Secara resmi, Tian memang tak bilang kalau dia adalah budak seks.

Tapi, kalau dilihat dari mudahnya Dadang mengakses tubuh Tian, dan ketidakmampuan Tian untuk melawan keinginan Dadang, tak salah lagi kalau Tian sudah jadi budak seks Dadang sejak malam itu, tempat pelampiasan nafsu Dadang yang memang membutuhkannya karena dia sudah lama menduda. Sejak malam itu, Tian tak pernah mengunci pintu berandanya lagi. Dadang jadi mudah keluar masuk kamar Tian. Begitu beruntungnya Dadang, Tian kini melayaninya dengan sepenuh hati. Tian memang sudah takluk dengan keperkasaan Dadang di ranjang. Kini, tak ada yang bisa lebih membahagiakan Tian selain Dadang. Di pikiran Tian hanya memikirkan bagaimana membuat Dadang senang sebagai imbalan. Kemesraan itu terus berlanjut sampai orang tua Tian pulang. Meskipun begitu, Dadang tetap berani ‘mengunjungi’ Tian.
“jangan, Pak…papa sama mama Tian bisa denger..”, bisik Tian ke Dadang yang baru ‘s ampai’ di beranda.
“rasss faaa sssaa hsss ysss”, Tian sama sekali tak mengerti desisan Dadang, tapi bunyinya seperti Parseltongue yang digunakan Harry Potter.

“nah sekarang non Tian tenang ajaa, gak bakal ada yang denger..”.
“ta..taapi, Pak..”. Dadang langsung menggendong Tian ke ranjang. Malam itu, Tian sedikit melakukan penolakan. Dia menjauhkan tangan Dadang yang selalu berusaha menggerayangi selangkangannya. Dia benar-benar takut, jika tiba-tiba ibu atau ayahnya bisa masuk ke dalam kamarnya dan mendapati dirinya sedang bermesraan dengan Dadang dalam keadaan bugil. Meski dia sudah mengunci pintu kamar, tapi tetap saja Tian merasa takut. Tian memang merasa cemas, tapi dia tak bisa begitu saja mengabaikan geli-geli nikmat yang ia rasakan. Dadang sedang menciumi leher Tian untuk merangsangnya.
“bener-bener ng..gak keedeng..ngeran kan, Pak ?”.
“iya non..seratus persen yakin hehehe..”. Akhirnya, Tian tak menghalangi tangan Dadan lagi yang sedari tadi ing in menggerayangi tubuhnya. Seperti yang dikatakan Dadang, orang tua Tian sepertinya tak tahu kalau anak mereka itu bergumul dengan supir mereka setiap malam hari tanpa terlewat satu hari pun.

Malam demi malam berlanjut. Kehangatan & kemesraan mereka semakin memuncak. Tian & Dadang lebih mirip pasutri dibandikan majikan & supir. Tian merasa nyaman berada di dekat Dadang, tak ingin Dadang jauh terlalu lama, cemburu jika melihat Dadang berbicara dengan perempuan lain meski Ijah sekalipun, bahkan di sekolah, Tian selalu terbayang-bayang Dadang. Jatuh cinta dengan cara yang aneh & tak di sengaja. Tian pun mau mengubah penampilannya menjadi feminim dan lebih sering mengenakan gaun. Gaya rambutnya pun diubah. Tian menjadi gadis feminim hanya karena Dadang, supir tua yang jelek yang memintanya. Memang, tak sepenuhnya karena Dadang. Kedua orang tua Tian memang sudah menyuruh Tian untuk merubah gaya penampilannya, namun Tian masih enggan. Tapi karena permintaan Dadang, Tian pun seg era mengubah penampilannya. Mengapa gadis secantik Tian lebih menurut pada pria tua & jelek seperti Dadang dibandingkan orang tuanya ?. Jawabannya mudah, rasa sayang & cinta.

Aneh ? pasti. Tidak wajar ? tentu. Bagaimana bisa Tian jatuh cinta dengan seorang Dadang yang jauh dari kata tampan, juga tak mendekati kaya raya. Kata orang, jika ada seorang wanita cantik jatuh cinta kepada pria yang jelek & tidak kaya biasanya disebabkan kebaikannya. Tapi, Dadang ?. Tian tak mau ambil pusing, dia hanya menikmati hubungannya dengan Dadang sekaligus menerima takdirnya.
“tok ! tok ! tok !”.
“Tian !!”. Tian yang terkejut langsung memisahkan bibirnya yang tadi sedang menempel dengan bibir Dadang.
“gimana nih, Pak ??”. Tian terlihat panik.
“tenang aja, non..jawab aja, kan pintunya kekunci ini..”.
“iya, Mah ?!”.
“Tian !”. Dadang pun menon-aktifkan ajiannya.
“Tian !”.
“iya, Mah ?!”.
“ayo kamu makan malem dulu..di kamar aja dari pula ng sekolah..”.
“iya, Mah sebentar lagi Tian turun..”.
“jangan lama-lama, udah ditungguin Papa di bawah..”.
“iya Mah..”. Ibu Tian turun ke bawah lagi tanpa pernah tahu kalau anaknya sedang asik bermesraan dengan Dadang tanpa mengenakan apapun.

“non Tian makan dulu gih..”, ujar Dadang sambil terus meremasi bongkahan pantat Tian.
“Pak Dadang mau dibawain makanan juga ?”.
“boleh non, hehe..”. Tian turun dari ranjang, mengenakan pakaiannya lagi. Tian mengemut permen yang diambilnya sebelum keluar kamar. Permen wangi untuk menghilangkan bau sperma yang ada di mulutnya. Usai makan malam bersama dengan orang tuanya, Tian pun kembali ke kamarnya dengan membawa makanan untuk Dadang (inspired by sis Yo’s story, Feby). Selesai makan, Dadang & Tian menonton tv sambil sesekali melakukan foreplay ringan. Hanya 3 menit saja Tian bisa mempertahankan pakaian yang menempel di tubuhnya. Dadang dengan mudah & leluasa menelanjangi artis belia itu. Sungguh malam yang pe nuh kehangatan. Penuh gairah & hasrat, keduanya bercinta layaknya sepasang suami-istri yang sudah lama tak berhubungan intim. Putri Titian, artis muda nan cantik yang dulu tomboy kini berubah menjadi feminim. Yang dulu lugu & ceria kini jadi maniak seks. Di luar sana, banyak orang mengidolakannya dan berebutan ingin dekat dengannya, atau setidaknya berfoto bersama, dapat tanda tangannya, atau menjabat tangannya.

Tapi, Tian sendiri punya idolanya, tak lain dan tak bukan adalah Dadang, supir pribadinya yang telah memperkosanya namun tak ayal, telah memperkenalkan kepada Tian, kenikmatan surga duniawi. Kenikmatan yang telah membuat Tian sangat ketagihan digagahi Dadang. Tian & Dadang, sepasang kekasih yang berbeda segala-galanya, mulai dari wajah, umur, dan harta benda. Namun, semua itu tak ada artinya, di atas ranjang, mereka berdua sama. Tian membutuhkan keperkasaan Dadang untuk merasa menjadi wanita seutuhnya, dan Dadang tentu membutuhkan Tian untuk melampiaskan nafsunya. Memang sebuah hubungan rahasia yang sangat ditutupi dengan rapat-rapat oleh Tian & Dadang.

Entah darimana cerita pemerkosaan di atas muncul. Yang pasti bisa dipastikan bahwa kisah cerpen panas diatas hanya sekedar cerita fiksi alias karangan belaka.

Silahkan baca cerita lainnya yang diambil dari pengalaman pribadi.

Tolong jempolnya bro :

,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Share

Related posts