cerita sex gay; ALI MAULA (2)

cerita sex gay; ALI MAULA (2)

“Mas sering kesini?” Tanya Ali saat kami menaiki tangga menuju ke kamar hotel yang terletak di atas garasi mobil.

“Iya”

“Mahal kan mas?”

“Lumayan. Kan gak tiap hari”
“Kenapa gak di rumah saja?”

“Hah. Banyak orang”

Pola pikir anak (muda) sekarang memang begini. Mikirnya Cuma dari satu sisi saja yaitu ngirit alias hemat uang. Memang bener, dengan ML di rumah bisa jadi akan menghemat uang.

Tapi dari sisi yang lain, justru lebih aman ML di hotel.

Yang pertama, privacy kita lebih terjaga. Orang tua, saudara juga gak akan bertanya-tanya apa dan dengan siapa tamu lelaki yang datang. Nggak enak aja kalau bawa lelaki, kita masukkan kamar, kamar dikunci trus timbul suara erangan atau desahan yang tembus keluar lewat tembok kamar. Homo kalau ML kan memang suka heboh. Alay bin Lebay.

Dari sisi keamanan juga lebih terjamin. Kadang kita tak tahu siapa dan apa latar belakang yang menjadi teman kencan kita. Sudah banyak kasus kan, cari kencan dari FB atau Grindr yang berakhir di kantor kepolisian?

Kunyalakan AC, TV dank ran air di kamar mandi.

Celaka tiga belas! AC-nya mati. Lampunya hidup tapi tak ada hawa dingin sama sekali. Dasar hotel busuk! Mau complain juga nggak enak. Males. Jujurnya aku males dilihat sedang berduaan di dalam kamar dengan seorang pria.

Nista Tilana.

“Yank … mandi yuk!” ajakku.
“Aku tadi sudah mandi”

“Iya. Tapi kan panas hawanya. Tuh kamu berkeringat lagi”

Ali bergeming. Beberapa pria Madura yang kukenal memang malas mandi. Kayak Kambing. Bau kecut dan lebus sepertinya lebih mereka sukai daripada bau sabun mandi yang segar dan mewangi.

Kuseret Ali ke kamar mandi. Dia diam saja seperti kambing congek. Kubuka kaos, baju dan celananya. Wow. Dalam ketelanjanganbulatnya, Ali terlihat sempurna.

Kulitnya yang coklat tenned karena sinar matahari terlihat mengkilap saat tergerus air shower. Rambutnya yang kaku dan lebat luruh menutupi dahinya yang lebar. Bibirnya yang tebal terlihat menganga saat teraliri air.

“Kiss me …” kataku meminta.

Ali mencium bibirku dengan mesranya. Bibirnya melumat bibirku dengan tekanan yang penuh gairah. Tubuh telanjangnya mulai merapat ke tubuhku. Seperti ada aliran listrik diantara tubuh kami berdua.

Aku membalas ciumannya dengan penuh gairah. Gairahku memang meluap kala berciuman. Bener kata pakar seks, ciuman adalah pembuka jiwa. Selesaikan ciuman dengan romantic, maka hubungan seks yang indahpun akan tercipta.

“Aduh … sakit mas …” keluhku saat dia dengan gemasnya mulai menggigiti bibirku. Sepertinya ada darah yang keluar akibat gigitan gemas Ali.

“Sorry …” katanya sambil terus menciumi pipiku, daguku dan dadaku.

Ali mulai menciumi putting dadaku. Dijilatnya ujung putingku dengan ujung lidahnya, sementara tangannya mulai bergerilya mengocok dan membelai penisku yang mulai tegang.

“FUCK … enak sekali mas …”

“Suka kamu mas?”

“Ya. I love it”

“Gini?” katanya sambil menyedot putingku lebih keras lagi.

“He-eh. Heeh”

Ya Tuhan … aku benar-benar tak menyangka di balik kecuekannya, ternyata tersimpan kepintaran yang nyata. Ali yang kukira bodoh dan lugu, nyatanya pandai bermain cinta.

Kepandaiannya bermain lidah nyata-nyata melebihi kepandaianku.

“Mas …”
“Hmm”
“Mas”
“Iya”
“Boleh aku minta …”
“Minta apa?”

Ali berbisik di telingaku. Dasar bocah bodoh. Andai dia ucapkanpun tak ada yang mendengar. Di kamar ini tak ada sesiapapun kecuali kami berdua. Hahaha … bisa jadi dia terbiasa bermain cinta di antara dinding bersesek bambu.

“Aku rimming ya?”

“Kotor”

“Aku pengen”

“Ya”

Drama. Aslinya aku berteriak hore saat dia meminta agar aku bersedia di rimming. Lelaki mana sih yang tak suka di rimming.putri77.com You know, rimming itu bisa membuat kecanduan lho! Dan harus kucatat, lelaki periming terpintar adalah denmas tenteng. Meski seorang polisi, nyatanya dia memang seorang periming sejati.

Aku segera merebahkan diriku di atas lantai kamar mandi. Ali segera mengambil posisi di antara kedua pahaku. Dengan tak sabar, lidahnya mulai menelusuri belahan pahaku. Turun ke sekitar selangkanganku.

“Auhhh enak sekali mas … aduuhh … nikmat mas …” desisku tak tertahan.

Aku mengangkat kedua pahaku dan mulai mengendus anusku dengan ujung lidahnya. Ujung lidahnya terasa mulai memasuki ke dalam lubangku. Terasa sesuatu yang dingin dan bergerak keluar masuk di dalam lubangku.

Tuhan, aku menyerah.
Aku pasrah.
Aku tak berdaya.
Aku lemas dalam serangan lidah ALI.

ALI … ini lidah atau ular sanca?

Dua-duanya sama sama mematikan seluruh persyarafanku.

hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi “Serial Pelepasan” dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :),,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts